Minggu, 29 November 2009

Case Study

Case Studi Matematika di kelas 2 SD

“Mengapa Kalian Takut dan Mudah Lupa dengan Matematika”

Pembelajaran matematika sangat menakutkan bagi orang-orang yang tidak senang melakukan latihan-latihan, karena banyak permasalahan dasar yang harus diketahui dan dikuasai oleh peserta didik, misalnya dalam pemahaman konsep penjumlahan dan pengurangan bahkan perkalian serta pembagian yang merupakan masalah paling rumit. Namun sebagai guru kita harus dapat membuat peserta didik tertarik dan dapat menarik simpati siswa agar mereka dapat termotivasi untuk belajar matematika melalui pendekatan secara individu, menggunakan berbagai metode yang bervariatif serta penggunaan berbagai alat peraga yang dapat menarik minat siswa.
Pengalaman saya ketika akan menyampaikan pembelajaran dari Kompetensi Dasar (KD): Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai 500. Dengan indikator: Menjumlah bilangan dengan satu kali teknik menyimpan.
Sebelum memulai pembelajaran saya mempersiapkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan segala sumber belajar dan alat peraga berupa rak bilangan yang berhubungan dengan KD dan indikator yang akan dicapai.
Hari Selasa merupakan penyampaian tema peristiwa, didalamnya terpadu beberapa mata pelajaran dan salah satunya yaitu matematika. Saat lonceng berbunyi sebagai tanda masuk untuk belajar. Semua siswa berbaris di depan kelas dan diperiksa kebersihan kuku serta kerapihan dalam berpakaian. Pada kesempatan ini saya berusaha menyapa mereka dengan penuh kasih sayang dan menanyakan kabar berita serta menyanyikan lagu anak-anak seperti “Satu Tambah Satu” dengan tujuan untuk membangkitkan motivasi siswa.
Saat pembelajaran, saya melakukan tanya jawab dengan peserta didik sebagai kegiatan apersepsi dan berusaha menggali potensi siswa. Dengan pertanyaan yang diajukan
9 + 8 berapa ? Ternyata hampir semua siswa mengacungkan jarinya, dan saya menunjuk salah satu siswa untuk menjawab “Ayo Anggi berapa jawabnya nak?” Tujuh belas jawab Anggi. Wah hebat ternyata Anggi cerdas dan benar jawabannya. Ayo berikan tepuk tangan yang meriah buat Anggi. Demikian rewad dan pengharagaan saya. Selanjutnya saya memberikan beberapa pertanyaan lagi pada siswa untuk menmggiring menuju materi yang disampaikan.
Setelah itu saya memasuki pembelajaran pada kegiatan inti., metode yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab. Saya menjelaskan bagaimana cara menjumlah bilangan dengan satu kali teknik memnyimpan. Disini saya menggunakan rak bilangan sebagai alat peraga, bila jumlah bilangan hasilnya puluhan maka harus disimpan kemudian bila semua bilangan dijumlahkan maka yang disimpan tadi harus ikut dijumlahkan.
Contoh : 1
16
27 +
43
Ketika selesai menjelaskan materi saya bertanya kepada peserta didik. “Anak-anak siapa yang belum mengerti bisa bertanya kepada bu guru,Ayo siapa yang akan bertanya tidak boleh malu?” Suasana sepi, tidak satupun siwa yang bertanya. Dalam hati dan pikiran saya anak-anak pasti sudah mengerti dengan materi yang telah disampaikan.
Selanjutnya anak-anak disuruh mengerjakan tugas berupa soal-soal latihan. Disini terlihat beberapa anak hanya duduk termangu dan bengong diam saja tanpa mengerjakan soal latihan padahal soal-soalnya sudah mereka tulis. Ketika saya dekati mereka berpura-pura menghitung rak bilangan tapi tetap saja soal-soalnya tidak diisi, anak-anak kelihatan bingung untuk menyimpan. Akhirnya saya bertanya “Mengapa belum dikerjakan, nak?” Belum mengerti, bu jawab beberapa anak hamper serempak. Mengapa tadi sewaktu ibu bertanya apakah kalian mengerti atau belum malah diam saja? Dan ketika bu guru memberi kesempatan bertanya kalian tidak bertanya? “Waktu tadi bu guru menerangkan saya bisa bu, tapi setelah dicoba untuk mengerjakan latihan saya bingung untuk menyimpan angka, dan saya takut dan malu sama teman-teman kalau saya bertanya kepada ibu. Begitulah pengakuan polos salah seorang siswa. Saya kaget dan pada akhirnya merasa bahwa saya perlu merefleksi diri dengan pembelajaran yang saya lakukan.
Selama pembelajaran berlangsung saya berpikir apakah metode yang saya gunakan kurang bervariatif? atau alat peraga tidak menarik bagi siswa? atau sikap saya yang membuat mereka takut bertanya atau mereka takut diolok-olok temannya apabila bertanya?
Sambil berkeliling dan memeriksa hasil pekerjaan siswa saya terus berpikir dan berpikir bagaimana unutk menindaklanjuti masalah ini? Dan akhirnya saya menyuruh anak-anak untuk menmgumpulkan pekerjaannya, tetapi banyak anak-anak yang belum menyelesaikannya. Disini saya kembali bertanya-tanya apakah daya tangkap dan daya ingat siswa yang kurang perhatian pada saat pembelajaran berlangsung?
Akhirnya bel berbunyi tanda waktu pulang untuk anak-anak kelas 2. Sebelum pulang saya memberikan tugas berupa PR, memberikan penguatan kembali serta membuat simpulan. Segera saya menyuruh mereka menyanyikan “Sepatu Gelang” dan memberikan salam dan do”a.


Banjar, Nopember 2009
Guru kelas 2


TITIN RUSYANTI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar